Ternyata saya dibohongi Maudy Ayunda
Saat sekarang ini, salah satu cara terbaik mengagumi seseorang dan bercakap-cakap dengannya adalah lewat media sosial, saya patut berterima kasih kepada founder Instagram Kevin systrom dan Mike Krieger yang telah berpeluh keringat menciptakan media sosial yang lagi hits saat ini.
Di Instagram kita dapat berteman dengan siapa saja,
dari presiden negri adidaya, orang-orang begundal, juga para wanita yang sering
nongol di majalah fashion seperti majalah Hello, Femina, Cosmogirl dan tentunya
masih banyak lagi yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Malah semalam saya
mimpi apa ya, tidak ada hujan tidak ada petir yang ada hanya gerimis, tiba-tiba
di follow salah satu pemain sepak bola terkenal, saya juga difollow salah satu
fotografer National geographic, maaf tidak bisa saya sebutkan nama akunnya,
karena saat ini situasi tidak memungkinkan, kalian akan semakin kepo, dan pasti
kalian akan menghujat saya.
walaupun dalam penjelajahan dunia maya seperti di Instagram saya sering di follow obat langsing,
obat kuat, mukena harga grosir dan banyak lagi akun-akun yang tiba-tiba sok kenal
sama saya menawarkan ini dan itu membuat saya muak.
Namun saya sering mengunjungi satu akun yang
membuat hati ini berdebar-debar, seolah-olah seperti mau berangkat menonton konsernya Coldplay. akun tersebut bukan akun biasa menurut saya, dibawah nama akunnya tertulis jelas: Musisi, singer-songwriter, Actress, and
storyteller. PPE Oxford ’16. Begitu.
Sebenarnya Saya sudah mengenalnya pada
pertengahan bulan November 2010, waktu dia membintangi salah satu film yang
disutradarai oleh Riri Riza dan Mira Lesmana, difilm tersebut seorang pemuda
bernama arai begitu mengaguminya, namun selalu ditolak sama dia. lalu saya
sadar, ternyata di dunia ini bukan hanya Arai yang pantas mengaguminya tapi saya
juga pantas mengaguminya bahkan menjadi kekasihnya.
Beberapa bulan yang lalu, ditengah himpitan
hidup yang semakin darurat, kekaguman itu semakin menjadi-jadi tatkala tak ada
lagi inspirasi buat ngerjain skripsi, akhirnya saya memutuskan untuk keluar
dari beberapa belenggu untuk saya ungkapkan kepadanya, saya menulis beberapa
kalimat di dinding laptop, kurang lebih seperti ini:
“jika selesai skripsi nanti saya akan menikah
dengan Maudy Ayunda, lalu terbang berbulan madu di eropa sana, mengunjungi
perpustakaan-perpustakaan tua dengan koleksi buku-buku yang berusia berabad-abad
lamanya, menyaksikan peninggalan Renaissans, merasakan kebebasan, mengunjungi bangunan-bangunan
bergaya Gothic, duduk berdua di pinggir-pinggir kanal saling menatap dan
menikmati teh musim panas yang baru saja tiba, sambil diiringi musik yang
bernuansa Beethoven”. seperti itu. memang kedengarnya membuat memar di dada.
Saya juga sering mengirimkan pesan singkat
kepadanya lewat akun Instagram nya, namun tak ada tanda-tanda respon kepada
saya, dia tetap seperti dulu, sifatnya tak banyak berubah, tetap indifferent,
padahal dalam salah satu lirik lagunya dia mengatakan akan bahagia bila
mendengar panggilan sayang dan cinta untuknya.
Mulai ada rasa curiga dalam diri
saya, rasa curiga kepadanya terlampau berlebihan, apalagi dia sering mondar
mandir dari Inggris ke Indonesia dalam proses studinya di Oxford itu, dan saya
menduga pasti dia sudah menemukan kekasih pujaan hatinya, atau jangan-jangan
dia sudah memiliki kekasih dari kerabat dekat Ratu Elizabeth. Nauzhubillah…
Comments
Post a Comment