Di Suatu Hari


Tadi malam aku bermimpi lalu bangun mendapati tubuhku berjalan-jalan menyaksikan orang-orang asing duduk di beberapa cafe mini bernuansa Vintage, kursi dan mejanya terbuat dari kayu yang warnanya mulai kusam. Mereka bercakap-cakap penuh kemesraan, di atas meja mereka kulihat ada beberapa buku yang tak layak kalau dibaca anak kecil; kitab Kamasutra, Revolusi Prancis, Sabda Zarathustra, dan The Prince.


Aku berada pada sebuah kota yang jalanannya begitu lengang, tidak ada kemacetan, tidak ada rambu-rambu lalu lintas, orang-orangnya ramah mencintai buku, teater dan estetika. Sepertinya kota ini tidak ada Mall nya atau pusat perbelanjaan yang menawarkan kredit mobil, Apartemen, panti pijat, Bioskop, parfum ataupun metode praktis menjadi cantik dalam satu menit atau bahkan kurang, juga tidak mendapati segerombolan spesies yang dalam hidupnya di dedikasikan untuk mengikuti gaya hidup produk kapitalis. Tidak ada.


Di sana aku hanya mendapati perpustakaan-perpustakaan mini bernuansa abad pertengahan, gedung pertunjukan teater, juga mendapati kedai-kedai yang penuh dengan buku yang berjajar tidak rapi. Kedainya aneh, pelayannya datang dan hanya bertanya dua hal; mau pesan apa dan mau baca buku apa.

Aku merasa bahagia.

Comments

Popular Posts