Kalau besar nanti aku ingin menjadi Wiro Sableng
Bagiku, tak ada hal yang lebih romantis ketimbang
mengingat beberapa hal menggairahkan dalam hidup. selain Soeharto, Orde baru
berhasil membesarkan pikiranku melawan ketakutan global yang membuat beberapa orang
mengalami apa yang disebut trauma psikologis. Aku bukan hendak menuliskan luka
dan mencoba membangkitkan rasa dendam masa lampau. Karena percuma luka-luka
lama tidak memberikan kelimpahan apapun, membicarakan luka lama yang dibalut
kesunyian berarti aku akan menerima konsekuensi marabahaya. Biarkan dosa-dosa
lampau ditebus oleh sejarah dan biarkan kebenaran datang secara telanjang.
kebenaran bersifat historis, Kata Hegel seorang Filsuf Jerman abad ke-19, kita “menjadi
kita” karena masa lalu, keyakinan kita, perasaan, kepribadian, hubungan kita
adalah buah dari masa lalu. bahwa Tragedi Madiun, pembunuhan masal di Bali, Munir,
Wiji Tukul, Marsinah cukup menjadi contoh dari korban sejarah keserakahan
politik dan kekuasaan negri ini.
Problem bangsa ini rupanya tidak berhenti
sampai di situ, sampai saat ini problema-problema datang dengah wajah-wajah
baru, kaum-kaum hipokrit bergentayangan di sekitar kita. Dengan kondisi seperti
ini, Lalu aku berkhayal tentang datangnya sebuah ramalan manusia juru penyelamat
di akhir zaman yang dikisahkan dalam kitab sastra Jayabaya, masyarakat Jawa
menyebutnya ‘Ratu Adil’.
Pembahasan ‘Ratu Adil’ dalam perspektif
masyarakat Jawa sangat menarik untuk kita analisa. Pengharapan Mesianis di saat
kondisi terancam sebenarnya adalah bias dari rezim yang diktator dan represif.
Pembahasan ‘Ratu Adil’ sampai disini saja, aku akan mencoba mencari relasi satu
sama lain.
***
Aku tidak tau mengapa, sejak kecil aku
terobsesi dengan hal-hal heroik, aku dibesarkan dan tumbuh dalam lingkungan
yang begitu sederhana, jauh dari peradaban modern, namun terkadang pemandangan-pemandangan
heroik aku saksikan, misalnya ketika aku tertindas secara fisik oleh
teman-temanku, di situ kakak sepupuku membela dengan begitu gagah berani, juga ketika
aku ingin menonton film serial Wiro Sableng pada hari minggu, dia membocengku
naik sepeda dan membelikanku es lilin yang rasanya dicampur pemanis buatan.
Waktu kecil aku memang sering menonton film serial Wiro Sableng, dengan begitu
film Wiro Sableng sangat mudah mempengaruhi pergaulanku dari cara bertingkah,
berjalan dan beraksi yang terkadang membuat jengkel orang tuaku, misalnya main
perang-perangan di kebun, manjat-manjat pohon habis itu loncat sambil salto.
Itu yang kuingat.
Nah, sekarang aku ingin membahas Wiro Sableng
saja, pendekar Kapak Maut Naga Geni 212. Dengan berbekal pengetahuanku yang
begitu dangkal, sebenarnya aku tidak pantas menjelaskan siapa itu Wiro Sableng,
aku hanya sebagai penggemar amatir yang merindukan sosoknya. siapa yang tidak
mengenal Wiro Sableng sosok dengan karakter kocak, konyol, pemberani dan
bijaksana tentunya. Sosok Wiro Sableng diciptakan oleh seorang novelis
legendaris Indonesia Alm. Bastian Tito, semoga seluruh amalnya diterima
di sisinya. Amin. Bastian Tito sudah menulis 185 judul novel cerita silat Wiro Sableng
dikutip dari sebuah situs, Waw.. dan itu cerita novel cersil berseri terpanjang
dan terlama se Indonesia. Dari setting, alur, penokohan dikemas secara menarik,
membuat novel ini begitu kaya.
Bagi sebagian orang mungkin menganggap Bastian
Tito adalah sebagai pendongeng di siang bolong yang tak lebih dari angin
berlalu, namun bagiku beliau adalah peramal masa depan Indonesia, nampaknya
ramalan tersebut sudah terjadi di masa Orba dengan mengangkatnya ke sebuah film.
Di zaman Orba, Buku-buku kiri bernada subversiv dilarang beredar, tapi tidak untuk
novel yang satu ini. Novel Wiro Sableng memiliki ruang yang leluasa dan beredar
secara tenang pada saat itu. Karena memang kontennya tidak ada unsur
menjatuhkan rezim kala itu.
***
Modernisasi kian hari bergerak cepat seiring
perkembangan teknologi informasi, telepon genggam, gadget, komputer tiba-tiba
bertranformasi menjadi kebutuhan primer. tokoh-tokoh superhero Indonesia makin
lama makin hilang pamor, seperti halnya Wiro Sableng, Si Budeg dari Gua Hantu,
eh maaf si Buta maksudnya, Kamandanu, juga Mario teguh, eh maaf, beliau motivator
kan ya, ya… sudahlah, beliau kan memiliki kekuatan “Super”.
Mereka para superhero tadi lambat laun dibunuh
modernitas, lalu digantikan superhero yang katanya lebih heroik dan saintis,
seperti Iron man, Captain America, Superman, Spiderman dan konco-konconya di
Marvel. Lalu Aku tiba-tiba merindukan sosok-sosok superhero yang dibunuh
modernitas tadi.
Beberapa bulan yang lalu entah aku keranjingan
apa, aku jadi males membaca. Aku lebih suka tiduran memegang handphone dan
berwisata ria di media sosial, aku sudah tidak berpikir lagi tentang
ramalan-ramalan mistik profetik tentang masa depan Indonesia, toh itu hanya
pelampiasan daya khayal dari masyarakat yang banyak mengalami penindasan dan
ketidakadilan. Beberapa hari setelahnya, aku menjumpai hal yang membuatku tak
bisa tidur nyenyak. Angga D Sasongko seorang Sutradara kawakan Indonesia
dikabarkan akan kembali mengangkat cerita silat Wiro Sableng ke layar lebar,
sungguh ini adalah berita yang menggemparkan dunia persilatan, apalagi
akhir-akhir ini menjadi Viral di
media soasial. Pasalnya, produksi film Lifelike
Pictures bekerjasama dengan 20th
Fox International productions dalam penggarapan film ini. 20th Fox International Productions adalah rumah produksi asal
Hollywood yang sudah melahirkan film-film spektakuler. Seperti X-men, Narnia, Star
Wars dan masih banyak lagi. Tentunya hal ini yang ditunggu-tunggu. Kabarnya film
Wiro Sableng yang dibintangi Vino G Bastian akan rilis di akhir tahun ini.
Apa yang menarik dalam cerita novel Wiro Sableng?
Cerita Wiro Sableng tidak hanya berpusat pada
pengembaraan dalam dunia persilatan, tapi di situ banyak hal yang digambarkan
secara apik, seperti misalnya interaksi budaya, nuansa alam Nusantara, tentang
orang-orang yang terpinggirkan oleh Kasta bahkan cerita Wiro Sableng menjadi
menarik ketika kita mencoba menghubung-hubungkan dengan hal-hal yang menyangkut
pemahaman spiritualitas dalam hidup. Konsep-konsep Teologis Filosofis dalam
novel Wiro Sableng misalnya tergambar jelas dalam beberapa analogi di dalam
novel seri ke satunya “Empat Brewok Dari
Goa Sangreng”. Singkat cerita di situ diceritakan, Wiro Sableng dengan nama
aslinya Wira Saksana mendapat ilmu silat dari gurunya Eyang Sinto Gendeng
dengan beberapa jurus andalannya, seperti jurus orang gila mengebut lalat, kunyuk
melempar buah, hingga pukulan
matahari. Eyang Sinto Gendeng adalah guru silat sekaligus guru spiritual
yang mengajarkan banyak hal kepada muridnya Wiro Sableng, beliau dengan tabah
mengajari Wiro dari kecil hingga berusia 17 tahun di puncak Gunung Gede.
sebelum turun gunung dan melakukan pegembaraan, Wiro Sableng diberi semacam petuah
oleh gurunya tentang “Hidup, Manusia dan Tuhan”. Cara Eyang Sinto Gendeng dalam
menyampaikan petuahnya begitu dialektis, bagiku Eyang Sinto seperti Socrates.
Melemparkan pertanyaan-pertanyaan demi mendapat keutuhan pemahaman dan
kebenaran.
Seperti misalnya:
“Segala apa
yang ada di dunia ini selalu terdiri atas dua bagian, Wiro ! dua bagian yang
berlainan satu sama lain tapi yang menjadi pasangan-pasangannya …”
“Misalnya Eyang
?” Tanya Wiro
“misalnya,
ada laki-laki ada perempuan. Bukankah itu dua bagian yang berlainan? Tapi
merupakan pasangan?!”
“betul, Eyang..”
“misal lain,
ada langit ada bumi, ada lautan ada daratan, ada api ada air, ada hidup ada
mati, ada miskin ada kaya, dan seterusnya…
Selalu begitu
Wiro.. kemudian…ada susah ada senang, ada tawa ada tangis.di atas semua itu ada
satu yang tertinggi. yang satu ini ialah penciptanya. Siapa yang menciptakan
kau Wiro..?
“tidak tau
eyang…”
“bogrol..!”
“aku tau
eyang..”
“siapa..?
“ibu sama
bapakku..”
“geblek!”
bentak Sinto Gendeng. “manusia tidak pernah bisa menciptakan manusia! Semua
manusia ini, semua apa saja di dunia ini diciptakan oleh yang satu. Oleh Gusti
Allah! Hal-hal yang dua itupun juga diciptakan dengan kodrat iradatnya Gusti
Allah.
Di dunia ini
kehidupan manusia tak ubahnya seperti bilangan dua dan satu, satu dan dua, dua
satu dua dan seterusnya. Angka dua dan satu selalu ada melekat dalam diri
manusia. Dan semuanya diciptakan oleh yang maha kuasa Gusti Allah. Manusia
harus percaya pada yang satu yakni Gusti Allah. (dikutip dari novel pertama
Wiro Sableng “Empat Brewok Dari Goa Sangreng” hlm. 24-25).
Dari percakapan dialektis tersebut maka
lahirlah angka sakral 212.
***
Film Wiro Sableng pada masanya membuat aku
berkhayal jauh, pada saat kecil dulu aku tidak tau apakah cerita Wiro Sableng
itu nyata atau hanyalah fiktif, tapi aku lebih cenderung menganggap cerita Wiro
Sableng benar-benar nyata adanya. Sehingga banyak mempengaruhiku, hingga
kepikiran kalau besar nanti aku ingin menjadi Wiro Sableng saja. Pada saat kuliah
kira-kira semester 4-6 aku berambut gondrong, berambut gondrong berarti aku
melawan pemikiran destruktif, di mana stereotipe
masyarakat tentang rambut gondrong adalah negatif, tidak etis dan lain
sebagainya. Aku tidak peduli dengan hal semacam itu, karena aku sadar mungkin
mereka lupa. kalau kata temenku orang-orang keren
selalu berambut gondrong salah satunya Wiro Sableng. Hee…
***
Lalu apa yang bisa kita ambil pelajaran dalam
percakapan Eyang Sinto dengan Wiro Sableng?
Bagi saya pribadi, mendapatkan pemahaman
tentang hidup, spiritual, bahkan hal yang menyangkut keimanan kita, tidak
melulu harus mendengarkan ceramah yang berkoar-koar di Masjid, Televisi ataupun
Yutub dari Ustadz-Ustadz yang belum diketahui riwayat panjang dalam pendidikan
Agama ataupun belum jelas sanad keilmuannya *maaf,
bukan bermaksud meragukan. Melalui novel fiksi kita pun bisa memahami apa
yang disampaikan dan mencoba merenungkan hal-hal yang sering kita anggap tidak
penting. cerita dalam novel Wiro Sableng seperti semacam renungan kontemplatif
bagi diri saya, di mana melihat diri ini yang masih bobrok, masih cacat nalar,
atau mungkin cacat spiritual. Namun sangat disayangkan, Genre Novel fiksi seperti
cerita Wiro Sableng saat ini menjadi langka kita temukan di rak-rak toko buku
yang sering dikunjungi orang-orang. Rupanya para penulis saat ini lebih
cenderung mengikuti pasar, seperti novel percintaan, buku-buku metode praktis
menjadi kaya atau buku panduan menjadi pengusaha sukses yang begitu laris di pasaran.
Lalu Bagaimana?
Comments
Post a Comment