Mitologi Semesta dalam sudut pandang orang-orang Madura


Aku yakin bahwa kita hidup penuh dengan beragam interpretasi. orang-orang terkadang terlalu mendramatisir keadaan menjadi begitu kaku. Anggap saja hal ini sebagai penguat kultur. Maka hal-hal yang bersifat ambigu terkadang memberi kita jalan untuk memahami sesuatu yang lain. Hari ini menceritakan sesuatu yang irasional menjadi penting dalam menjaga keseimbangan nalar yang kerapkali diperkosa oleh beberapa kosakata baru dan ide-ide saintifik.

Tanpa kita sadari, kita tiba-tiba hadir di bumi sebagai ontologi. Lalu lambat laun kita tau bahwa yang kita pijak adalah bumi. Kita melihat pohon, daun, tanah, gunung, air, langit, semesta beserta isinya. Lalu Sejarah adalah sebagai penguat kehadiran manusia. Maka menjadi menarik ketika sesuatu yang lampau hadir ditengah-tengah aktivitas manusia.

Mungkin hari ini kita tidak akan menerima sesuatu yang bersifat khayal, atau rangkaian halusinasi seperti mitos-mitos pendahulu kita misalnya, yang rasanya hanya sebatas lelucon warung kopi. Maka penting rasanya kita mendaur ulang kisah-kisah lampau menjadi bagian dari transformasi budaya.

Mitologi adalah kisah jaman lampau yang tidak bisa kita lepaskan begitu saja, ia mengakar kuat dalam aktivitas sosial, menjadi fenomena budaya dalam tutur bahasa masyarakat.

Kalau kita baca sejarah filsafat, Jauh sekali dari jaman ini, tepatnya di Miletos Yunani, sejarah mitologi lahir. ternyata sebelum lahirnya dunia rasional dan modern, mereka orang-orang Yunani kuno hidup dengan beragam mitos, salah satu contohnya mitos tentang semesta. dan ternyata pola pikir filsafat Yunani katanya berasal dari mitos. Menurut Mircea Eliade dalam buku myth and reality, mitos merupakan cerita lama tentang asal usul dunia atau benda-benda yang ada di dunia, menjelaskan dengan berbagai jalan tentang keberadaan manusia mengapa begitu adanya dan mengapa norma-norma budaya masyarakat berkembang sedemikian rupa.

Rasanya tidak penting memahami mitos itu hanya sebagai justifikasi primitif, mitos itu hadir sebagai riwayat keyakinan yang dengan sendirinya tetap berada pada persoalan tutur lisan atau mungkin perilaku.

***

Ketika pulang kerumah, saya selalu merindukan dua hal, pelukan Ibu ketika lama tidak berjumpa, dan mengobrol di beranda rumah bersama teman-teman di kampung, mengobrol apa saja yang membuat ketawa. Cerita-cerita lampau nenek moyang dahulu yang kami dengar disaat masih kecil, kami hadirkan lagi. misalnya tentang mitologi bagaimana terbentuknya semesta antara langit dan bumi.

Menurut penuturan orang-orang tua dulu di kampung, katanya sih bumi dan langit begitu dekat jaraknya seperti sepasang kekasih yang terlampau saling mencintai haha, sehingga manusia mendapati berbagai macam kesulitan, misalnya interaksi manusia dengan alam begitu terbatas. lalu pada akhirnya datanglah seorang makhluk dengan badan yang begitu tinggi, orang-orang Madura menyebutnya “landheor”, landheor dengan kekuatannya menjunjung langit, dengan begitu langit menjadi tinggi tak terhingga seperti sekarang kita nikmati, langit sekarang lengang membentang luas, dan katanya lagi sumur-sumur di kampung saya yang usianya dibilang sudah tua, itu adalah bekas pijakan “landheor”.

Aku tidak paham bagaimana orang-orang dahulu memiliki pemikiran seperti itu, dari mana mereka mendapatkan sumber? Aku menduga-duga mitos adanya makhluk yang bernama “landheor” ini ada hubungannya dengan sistem evolusi semesta, jauh sebelum adanya teori-teori modern yang juga masih menyimpan tanda tanya, teori-teori modern tentang semesta bagi saya sama halnya dengan mitos, tidak memberi kejelasan positif terhadap diri saya. Lain halnya dengan mitos “landeor” , di kampung saya, ada semacam bukti sejarah yang menjadi penguat dasar bahwa memang dahulu kala ada makhluk yang disebut “landheor”. Semacam petilasan yang memang ukuranya panjang.

Makhluk tersebut sampai sekarang dikampung saya khususnya Sumenep Madura masih menjadi misteri, pasalnya tidak ada riwayat khusus atau silsilah keluarga dari makhluk tersebut.

Dunia Positivis dan Saintifik terkadang tidak hanya mempermudah kita dalam berbagai hal, gaya hidup milennial atau kids jaman naw hari ini rasanya mencoba menjebak kita pada kefakiran kultur. kita menjadi lupa sesuatu yang lampau untuk dikisahkan ulang, seperti bersembunyi pada keriuhan. bagi saya mengisahkan ulang Mitologi yang katanya irasional dan menggelikan hari ini menjadi penting, rasa-rasanya hal tersebut menjadi cara terbaik menghindari kefakiran kultur, bukan sebagai bentuk ketidakpatuhan terhadap zaman, namun sebagai penyeimbang peradaban yang mulai kaku akan hal keriangan.



Comments

Popular Posts