Tentang Ceramah dan Nonton Bokep
Berpikir kritis, skeptis, dan dialektis
menjadi salah satu ciri Mahasiswa, slogan-slogan tersebut seperti petir yang
menyambar di gendang telingaku pada saat pertama kali aku mengikuti kelas
perkuliahan. Akhirnya cara berpikir tersebut itu tidak hanya aku gunakan dalam
lingkungan Akademik, namun juga aku gunakan ketika aku menjalin hubungan asmara
dengan seseorang di Kampusku, sudah pasti dia seorang wanita, sekarang jadi
mantan. Hubunganku sama dia cukup lumayan singkat. menyebalkan, cinta yang
prematur. Persoalan mantan cukup sampai di sini saja, rentan ada yang
tersinggung.
Menjadi Mahasiswa tidak bisa seenaknya saja di
samakan dengan masa-masa ketika kita masih berseragam sekolah dengan dasi tut wuri handayani, dari jam masuk,
metode, dan tentunya juga biaya. Kita dituntut untuk lebih mandiri.
Hari ini aku ingin mengingat potongan kisah
personal beberapa tahun yang lalu ketika menjadi Mahasiswa. Eh, ternyata ada
yang aku rindukan walau itu terasa pahit kuungkapkan. Kalian pasti penasaran,
mungkin kalian akan mengira aku akan menuturkan kisah asmara dengan mantanku.
Owh tidak.
Pernah gak sih kalian merasa bosan dan muak?
Kalau aku sering, misalnya ketika cewekku yang
sekarang jadi mantan pas ngajak jalan. Padahal aku males kalau dia sering
ngajak jalan terus.
Chat nya di whatsapp penuh gairah serta
semangat 45. Chat nya seperti ini :
“Sayang, besok jalan yuk ?, kan gak ada kuliah
“.
Aku jawab dengan nada yang begitu lembut “sayaaang,
aku banyak tugas. Tugas ku belum kelar niiih “. (ditambahi emot senyum love di kedua mata dan tangan permohonan
maaf). Habis itu dia nanyain hal yang persis sama seperti kemarin.
“ sayang, kamu udah makan? Jangan lupa makan
ya.
Eh bentar, kenapa aku ngomongin mantan lagi
ya, duh saiiid buanglah mantan pada tempatnya (membatin).
***
Kalian tau gak, apa kelebihan menjadi
Mahasiswa ?. Menjadi Mahasiswa berarti kita memiliki hak prerogatif di dalam
Kampus. selain mendapat ilmu pengetahuan dari Dosen, pinjem buku gratis di
Perpustakaan , pelatihan, Seminar, dan tak lupa pula nasi kotak gratis sehabis
Seminar, tentunya kita juga berhak memakai beberapa fasilitas Kampus.
kedengarannya memang agak Pragmatis, seperti kamar mandi, Toilet dan juga WIFI.
Di kampus, WIFI sangat berperan penting demi
keberlangsungan makhluk hidup seperti Mahasiswa. Tugas kuliah kepepet misalnya,
kita tinggal Gugling, UTS ataupun UAS belum sempat belajar juga tinggal
Gugling. syukur-syukur gak ketahuan. Ketahuan juga paling dapat nilai E. Begitu
praktis.
Kegiatan-kegiatan di Kampus di penuhi dengan
segala macam aktivitas, aku pernah ikut beberapa kajian diskusi dari yang
beraliran kanan hingga kiri, Juga pernah terlibat dalam gerakan Mahasiswa yang
sering menentang kebijakan Pemerintah. Kewajiban sebagai anggota gerakan
Mahasiswa, salah satunya harus ikut demonstrasi-demonstrasi. Berorasi di
jalanan dengan nada berkoar-koar, atau hanya berteriak sekencang-kencangnya
sambil mengepalkan tangan kiri sebagai lambang perlawanan, seolah-olah hari itu
aku jadi pendekar yang menumpas kejahatan para Mafia elit politik.
Sekedar info, letak kosanku begitu dekat
dengan Kampus, loncat pagar udah nyampek. Aku ngekos berlima bersama kawanku
dengan latar belakang yang berbeda budaya, Etnis, Bahasa, Ideologi, hobi, dan
bahkan makanan favorit, tapi Tuhan kami masih sama.
Sebelum aku punya pacar.
kami bertiga Jomblo, bahkan kami juga punya aliran yang berbeda dalam dunia Jomblo.
Aku beraliran Jomblo Progresif, kawanku beraliran Jomblo Konservatif dan yang satunya
beraliran Jomblo Agresif, dengan beragam aliran tersebut kami sangat berharap
dapat menyeimbangkan keberadaan habitat spesies Jomblo yang mulai hampir punah,
sehingga terus dapat berkembang biak.
Sedangkan dua kawanku sudah punya pacar, cuman yang satunya gak jelas
statusnya, apa sudah pacaran atau masih PDKT, masalahnya dia sering bawa cewek
ke kosan dengan wajah yang berbeda. Atau mungkin dia dimakan wacana mayoritas,
sehingga berpura-pura . Wallaahua’lam ...
Di Kampus aku punya kawan, sebut saja namanya
Koncet, dia tidak satu kos sama aku, tapi dia sering main ke kosanku, untuk
sekedar ngerjain tugas, diskusi, nonton Movie,
main Game dan terkadang ngomongin
wanita lho, kenapa wanita berperilaku seperti ini seperti itu, kayaknya
persoalan wanita juga masuk dalam list tema diskusi kami di kosan. Jangan
salah, kami juga sering ngegosip di kosan.
Ada yang unik dari hobi kawanku yang satu ini.
Hobinya nonton “BOKEP” *maaf. Salah satu temen kosanku juga maniak dengan hal itu.
Maka tak heran jika dia datang ke kosanku, kawanku langsung nanya padanya.
“Cet, ada barang baru gak ?
“ada nih Cet ,” jawabnya sambil menyerahkan
barang berbentuk mungil putih, sorry gaes bukan Narkoba tapi flasdisk. *Koncet (panggilan akrab).
Kawanku langsung merespon :
“yaudah, langsung sikat kita”.
Akhirnya kami nobar.
***
Perlu diketahui, hal yang membuat kita nyaman
adalah membiarkan diri ini patuh terhadap aturan-aturan kebutuhan yang bersifat
fisiologis, maka hal-hal yang melawan
rasa nyaman, sering kita hindari. Nonton BOKEP terkadang menjadi suatu
kebutuhan, mengingat akhir-akhir ini banyak bermunculan kaum-kaum Intoleran
mengatasnamakan Agama yang mencoba merobohkan Peradaban. Juga Semakin derasnya
isu-isu Hoax dan isu SARA bernada
sensitif beredar di media sosial yang mudah menyulut emosi. Seperti LGBT,
Komunis bangkit lagi dan isu-isu lainnya yang menyebabkan rasa curiga, dendam
dan benci. Maka dari itu perlu kewaspadaan tingkat tinggi. Para elit politik
sekarang mencoba mengkerdilkan nalar masyarakat dengan menciptakan serta
menyebarkan isu-isu tidak jelas di media sosial. Menonton hal tersebut kayaknya
menjadi ruang alternatif menghindari isu-isu sampah seperti tadi.
***
Lain halnya di Kampus. Kampus yang dipercaya
sebagai wadah dalam menciptakan sumber daya manusia yang unggul dan
berintegritas, Kampus juga berperan aktif dalam peningkatan proses transfer
ilmu pengetahuan. Namun terkadang ada beberapa hal cacat di dalam Kampus.
Seperti misalnya, Mahasiswa dilarang protes terhadap kebijakan Kampus,
Mahasiswa dilarang berbeda sudut pandang dengan Dosen, hingga Mahasiswa tidak
boleh berambut gondrong dan lain sebagainya.
Bagiku, menonton BOKEP pada saat perkuliahan
berlangsung merupakan salah satu bentuk protes dan pemberontakan secara santun
seorang Mahasiswa terhadap Dosen yang Otoriter, ketimbang mengobrol gak jelas
dan berpotensi memicu kemarahan Dosen.
“Apa yang lebih kejam selain dari memenjarakan
nalar ?” kata kawanku yang jarang masuk kelas, kecuali Dosen-Dosen tertentu. Kalaupun
dia masuk kelas, jika Dosennya hanya ceramah seenaknya saja tidak memberikan
kesempatan terhadap Mahasiswa untuk bertukar wacana. Maka dipastikan dia akan
duduk manis di pojok paling belakang deket jendela sambil nonton “BOKEP”.
Tabik
!.
Comments
Post a Comment