Pelesiran Ala Hotman Paris
Barangkali hal yang perlu diperhitungkan di
negri ini adalah orang-orang yang berkelimpahan materi tapi tidak punya rasa
empati dan iba hati. Sudah sepatutnya bagi mereka yang hartanya tak terhitung
jumlahnya tidak lagi memegang prinsip “terserah
mereka, hidup-hidup mereka, yang penting aku tidak mengganggunya.” Hal
demikian tentunya akan menambah rekor buruknya pemincahan sosial, dan akan
sangat memprihatinkan jika berlanjut pada pembentukan diskursus semacam tadi.
Akan berakhir kehancuran.
Pada abad ini kita seringkali mendengar kata “introspeksi” sebuah kosakata yang
melihat kedalam diri kita sendiri. Kita cenderung memakai kata “introspeksi” untuk membela diri kita
agar semakin baik, padahal “introspeksi” sama halnya dengan meneguhkan
kepentingan personal atau mementingkan diri sendiri. Memang tujuan hidup
manusia adalah kebahagian, namun sepertinya tidak etis jika hidup hanya
dimaknai sebagai pencapaian diri dengan mengorbankan sesuatu yang lain di luar
diri kita. Kalau kata Sartre kebahagian manusia bisa dicapai ketika kita dapat
menyadari keberadaan kita dan juga sadar di luar diri kita.
Sedang di negri ini sudah banyak orang kaya
harta berkeliaran, saking banyaknya harta mereka menjadi bingung bagaimana cara
menghabiskannya. Untuk membantu keluar dari kejumudan ide, mereka menjelajah
internet, menemukan cara yang tepat. rupanya internet sangat cerdik dalam
memahami keresahan kita. Kalau kita ketik kata “wisata” di mesin pencari Google maka kita
akan disuguhkan menu-menu yang sangat menarik. Tempat-tempat dunia nan eksotis
menjadi pelarian orang-orang yang berkelimapahan materi. Bagi mereka para
jutawan, berwisata atau liburan ataupun pelesiran atau apalah namanya adalah
cara yang tepat menyalurkan hartanya. Berwisata disamping dapat menambah
pengalaman baru juga merupakan akses menuju ketenangan pikiran dan kebahagian
personal, ini dalam sudut pandang realistis bukan dalam persoalan spiritual.
Memang banyak orang-orang pengusaha dan konglomerat di negri
ini, namun berapa sih yang benar-benar memiliki kepekaan humanis? Makanya
krisis global juga dipengaruhi oleh permainan para konglomerat dan pengusaha
kapitalis dalam melempar dadu kekuasaan.
Orang-orang lemah patut dibela. Orang-orang
yang berprestasi patut diapresisi, itulah yang seharusnya kita benahi.
Kasus-kasus sepele yang terjadi para mereka orang-orang kecil menjadi
diperumit, lalu dikenai hukuman yang berat. Rakyat kecil semakin tidak punya
akses pada kesejahteraan hidup. Hal-hal demikian sudah sering kita saksikan,
apalagi di media sosial yang bersifat terbuka, semakin menjadi ladang
kekerasan. Dari membully pengguna tik-tok,
saling tuduh sebagai pelakor hingga bertengkar gara-gara partainya beda.
Terkadang media sosial selalu mendorong kita
untuk saling menyalahkan, seolah-olah menuntun kita pada generasi bersumbu
pendek. Kita tiba-tiba bersikap sok suci terhadap sesuatu yang tidak sesuai
dengan keyakinan kita. Misalnya seperti pengacara yang akhir-akhir ini lagi
hits di layar kaca, media sosial maupun tutur kata masyarakat. Hotman Paris satu-satunya pengacara
yang tampil glamour, dia juga sangat
aktif di jejaring sosial media seperti Instagram. Pengacara berdarah batak yang
satu ini juga berprofesi sebagai pengusaha, Cafe, Bar dan Villa adalah jenis
usahanya, salah satunya yang berada di pulau Bali, oleh karenanya dia sering
mondar mandir Jakarta-Bali setiap pekan.
Kelimpahan harta yang dimiliki Hotman Paris
membuatnya dengan mudah mendapatkan apa yang ia inginkan. Dikutip dari akun
instagram nya @hotmanparisofficial seringkali
terlihat postingan ketika berlibur ke Bali dengan wanita-wanita cantik
berbikini sexy sedang bersantai di kolam renang seraya merayu wanita-wanita
yang menemani di sampingnya. Di beberapa postingan lainnya ia juga seringkali
memamerkan kekayaanya secara terbuka, misalnya menawarkan Lamborgini hingga
perhiasan mahal kepada wanita-wanita yang ia sukai.
Postingan Hotman Paris di instagram di
dominasi video-video pada saat Pelesiran di Bali, pada saat melakukan pembelaan
sebuah kasus dan juga komentar-komentar nakal yang membuat beberapa netizen
ramai menggosipkannya. Pelesiran ala Hotman Paris memang menggairahkan dan
cenderung kontroversial dalam ruang lingkup moral etis, namun kita tidak bisa
menilai seseorang secara tergesa-gesa.
Bagi saya Hotman Paris merupakan pengacara langka,
sama seperti keberadaan spesies Badak Bercula
Satu yang ada di Ujung Kulon sana. Dia memang secara blak-blakan mengungkap
apa yang ia miliki seperti halnya harta kekayaannya, namun di balik perannya sebagai
pengacara dan pengusaha, ia tidak lupa bagaimana ia menggunakan identitasnya pada
sebuah kebajikan hidup. Beberapa kasus-kasus rakyat yang lemah ia tangani, ia merupakan
pengacara yang gigih dalam memperjuangkan hak yang benar, membela mereka yang menjadi
korban fitnah, di akun Instagram nya ia juga mengapresiasi pelari muda Muhammad
Zohri dengan memberinya uang 100 juta rupiah. Maaf saya bukan simpatisan Hotman
Paris agar ia maju sebagai Capres atau Cawapres pada pesta Pilpres 2019, tapi yang perlu digaris bawahi
adalah penegakan hukum negri ini tidak boleh timbang sebelah. Itu saja.
Saya hanya mendukung Hotman Paris sebagai “man of the year 2018”.
Hahaha...
Comments
Post a Comment